Viral Majikan Sadis Memaksa Intan (ART) Makan Kotoran Anjing
SAPUJAGATNEWS.com
BATAM,_ Sungguh prihatin dan pilu yang dialami Intan, asisten rumah tangga (ART) muda asal Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, membuka tabir kelam perbudakan modern yang masih terjadi di tengah masyarakat urban.
Selama setahun bekerja di sebuah rumah di Batam, Kepulauan Riau, Intan hidup dalam siksaan fisik dan psikis yang mengerikan.
Ia dipukuli, dimaki, dipaksa makan kotoran anjing, bahkan meminum air got dan septic tank.
Polresta Barelang telah menetapkan dua tersangka dalam kasus ini: Rosalina, sang majikan, dan Merlin, rekan kerja sekaligus sepupu korban.
Keduanya kini telah ditahan untuk proses hukum lebih lanjut.
Rosalina sebagai pelaku utama, dan Merlin sebagai pelaku yang turut serta di bawah tekanan,” ujar Kasat Reskrim Polresta Barelang, AKP M.
Debby Tri Andrestian, dalam konferensi pers, Senin (23/6/2025).
Bekerja Sejak Subuh, Tanpa Gaji, Hanya Penderitaan
Intan mulai bekerja pada Juni 2024 dengan janji gaji Rp2 juta per bulan.
Namun selama setahun penuh, ia tidak pernah menerima upah.
Gajinya disebut “digunakan untuk membayar denda” yang ditentukan sepihak oleh majikan.
Polisi bahkan menemukan “buku dosa”, berisi catatan pelanggaran dan nominal potongan gaji, seperti kenaikan listrik, air, atau kesalahan rumah tangga sepele.
“Korban bangun setiap pukul 04.00 pagi, bekerja hingga larut malam.
Jika dianggap melakukan kesalahan, ia dimaki, dipukul, bahkan diseret ke kamar mandi dan disiksa,” ujar Debby.
Barang-barang rumah tangga seperti raket listrik, serokan sampah, kursi lipat, hingga ember kini disita sebagai barang bukti kekerasan yang dilakukan berulang-ulang.
Dipanggil ‘Anjing’ dan ‘Lonte’: Identitas Kemanusiaan Dihancurkan
Selama berada di rumah itu, Intan tak pernah dipanggil dengan namanya.
Sebutan seperti “anjing”, “babi”, hingga “lonte” menjadi panggilan harian dari majikannya.
“Martabatnya dilenyapkan, Ia tak dianggap manusia. Dipaksa makan kotoran dan minum air comberan adalah puncak penyiksaan,” kata Yosep Yingokodie, penasihat Perkumpulan Keluarga Sumba.
Puncak kekerasan terjadi dalam dua bulan terakhir.
Saat Intan mencoba melapor diam-diam lewat ponsel ART tetangga, aduannya diabaikan.
Setelah ketahuan, ia dikurung selama dua minggu, hingga akhirnya teriakan minta tolong pada Minggu (22/6) terdengar tetangga dan dilaporkan ke ketua RT.
Petugas yang mendatangi rumah tersebut mendapati Intan dalam kondisi babak belur, trauma berat, dan nyaris pingsan.
Keluarga: “Kami Kirim Anak untuk Bekerja, Bukan Disiksa”
Regina, bibi korban, menyebut keponakannya merantau ke Batam dengan harapan membantu keluarga.
Namun, harapan itu berubah menjadi neraka.
“Keponakan saya dipukuli seperti binatang. Kepalanya dibenturkan ke tembok. Dipaksa kerja terus, tak diberi uang, tak ada istirahat,” ucapnya sambil menahan tangis.
Bahkan ketika kontraknya berakhir pada 18 Juni 2025, Intan dipaksa tetap bekerja karena dianggap masih memiliki “utang denda”.
“Gajinya habis hanya karena akal-akalan majikan Tidak masuk akal.
Intan hanya manusia biasa yang ingin bekerja,” tambah Regina.
Merlin, Sepupu yang Juga Jadi Tersangka
Kasus ini semakin kompleks karena keterlibatan Merlin, sepupu kandung Intan yang juga bekerja di rumah tersebut.
Merlin turut memukul, namun diduga karena mendapat tekanan dan ancaman dari Rosalina.
“Merlin itu sepupunya. Tidak mungkin tega melakukan itu tanpa tekanan. Ia juga korban,” ujar Yosep Yingokodie.
Dirawat Intensif, Tubuh Penuh Luka dan Anemia Parah
Intan kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Ia menderita anemia akut, gizi buruk, dan luka serius di bagian tubuh dan alat vital.
“Kondisinya lemah.
Tak bisa pakai celana karena luka di bagian intim. Kami sedang tunggu hasil pemeriksaan USG,” jelas Yosep.
Polisi Pastikan Proses Hukum Berlanjut
Kepolisian memastikan kasus ini ditangani serius.
Tindakan penyiksaan terhadap ART masuk kategori penganiayaan berat dan pelanggaran hak asasi manusia.
“Kami tak akan mentoleransi kekerasan dalam rumah tangga, apalagi terhadap ART yang sangat rentan,” tegas AKP Debby.
(Culai/Red)